Senin, 02 Februari 2009

KETIKA CINTA MENYAPA


Konon jatuh cinta-saking bahagianya-berjuta rasanya. Ah, sebenarnya belum tentu juga. Lha, kalau cinta itu bertepuk sebelah tangan, atau jatuhnya ditempat yang salah, jangankan berjuta rasanya; remuk redam barangkali iya. Mana enak sih cinta tidak berbalas cinta. Enakan tidak usah jatuh cinta sekalian.

Konon juga, cinta itu buta, love is blind. Ah, yang benar? Bagi orang yang sudah dibutakan oleh perasaanya, barangkali cinta itu memang buta. Tapi tanpa pikir panjang; asal suka sama dia, senang sama dia, ya tubruk saja. Tembak dulu, urusan lain belakangan. Tetapi bagi orang yang memakai akal sehatnya, tidak dibutakan oleh perasaanya; cinta tidak buta. Cinta itu melek. Sebab mencintai kan, berarti memilih. Yang namanya memilih harusnya disertai dengan perhitungan akal. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan perasaan.

Misalnya kamu seorang perempuan lalu kamu kenal seorang laki-laki begajulan, sikapnya kasar, suka mabuk-mabukan, pengangguran pula. Kamu jatuh cinta kepadanya. Nah, apa kamu mau saja mau dinikahinya? Kalau iya, itu tandanya kamu sudah dibutakan oleh perasaan cinta. Syukur-syukur setelah menikah ia bisa berubah. Lha kalau tidak, bukankah itu berarti kamu sedang membangun neraka untuk dirimu sendiri? Sungguh harga yang terlalu mahal.

Konon lagi, cinta itu selalu indah. Nikmatnya tiada tara. Seperti kata iklan, bikin hidup lebih hidup. Sampai-sampai pula katanya, karena cinta tahi kucing pun rasanya coklat. Ah, masak sih? Keindahan sebetulnya hanya salah satu dari dua sisi cinta. Sisi lainnya kesakitan. Mengapa? Karena mencintai seseungguhnya berarti kematian dari sebagian ego kita. Dan itu berarti memberi ruang pada sosok lain untuk sama-sama menjadi subjek dalam hidup kita.

Itulah beberapa “konon” tentang cinta. Cinta memang unik. Ada penafsiran yang sangat emosional, ada yang terlalu rasional. Ada yang ringan dan lucu, ada pula yang super filosofis. Hanya saja, apapun definisi orang tentang cinta, yang pasti dalam praktik, cinta-antara pria dan wanita tentunya-tidak boleh lepas dari keempat aspek berikut.

Pertama, kerelaan untuk berkorban. Mencintai pada dasarnya adalah memberi tanpa syarat. Pernyataan bahwa dengan memberi kemudian kita menerima, tentu tidak salah. Yang salah jika cinta itu dijadikan sebagai tujuan. Cinta dengan tujuan supaya menerima-bisa apa saja: perhatian, kebanggaan, kesenangan, fasilitas, atau kemudahan-adalah cinta yang bersyarat. Cinta yang egois. Cinta yang penuh tuntutan. Dan itu bukan cinta yang sejati. Kalau ada orang yang yang mengatakan mencintai Anda, tetapi ia menuntut ini dan itu dari Anda, jangan-jangan ia tidak mencintai anda, tetapi mencintai dirinya sendiri.

Kedua, kesetiaan (=komitmen). Kepercayaan adalah salah satu landasan utama cinta. Tidak mungkin kita mencintai seseorang tanpa mempercayainya. Kepercayaan itu tidak datang dengan sendirinya, ia harus ditumbuhkan dan dijaga. Caranya melalui kesetiaan. Dan kesetiaan ini biasanya dimulai dari hal-hal kecil. Kita tidak bisa mengharapkan seseorang akan tetap setia seumur hidup, kalau janjinya saja sering tidak ditepati, atau bohong melulu.

Ketiga, persahabatan atau keintiman untuk saling berbagi, saling berbicara, dan berjalan bersama, baik dalam suka maupun dalam duka. Dalam persahabatan tidak ada lagi “aku” atau “kamu”. Yang ada adalah “kita”. Bukan “ceritaku” atau “ceritamu”, tetapi “cerita kita”. Masing-masing tidak lagi memikirkan “apa kesukaanku”, tetapi “apa kesukaan kita”. Cinta tanpa persahabatan seumpama sungai di musim kemarau panjang; kering kerontang. Tidak ada kesejukan. Tidak ada keteduhan. Gersang.

Keempat, daya tarik fisik. Kerap orang beranggapan, bahwa soal fisik itu tidak penting. Ini keliru. Bagaimanapun daya tarik fisik; entah raut wajah, bentuk tubuh, atau hal-hal jasmaniah lainnya, adalah anugerah Tuhan. Karenanya itu penting. Dan hal itu bisa menjadi bumbu penyedap dalam relasi cinta antara pria dan wanita. Namun jangan mencintai seseorang secara fisik saja.

Keempat aspek di atas menjadi ukuran, seberapa besar cinta anda pada si doi, juga seberapa besar cinta doi kepada anda. Jadi, cinta bukan hanya soal rasa, tetapi juga akal sehat. Cinta bukan hanya soal menerima, tetapi juga memberi. Cinta bukan hanya tentang cerita indah, tetapi juga tentang sedih dan perih yang kadang kala tidak terhindarkan.

APAKAH ITU CINTA?
Bila telapak tanganmu berkeringat,
Hatimu dag dig dug,
Suaramu bagai tersangkut di tenggorokan,
Itu bukan cinta tetapi suka.
Bila tanganmu tidak dapat berhenti memegang dan menyentuhnya,
Itu bukan cinta melainkan berahi.
Bila kamu menginginkannya karena tahu ia akan selalu ada disampingmu,
Itu bukan cinta tetapi kesepian.
Bila kamu menerima pernyataan cintanya karena kamu tidak mau menyakiti hatinya,
Itu bukan cinta tetapi kasihan.
Bila kamu bersedia memberikan semua yang kamu sukai demi dia,
Itu bukan cinta tetapi kemurahan hati.
Bila kamu bangga dan ingin memamerkannya kepada semua orang,
Itu bukan cinta tetapi memujuran.
Bila kamu mengatakan padanya bahwa ia adalah satu-satunya hal yang kamu pikirkan,
Itu bukan cinta tetapi gombal.

Kamu mencintainya,
Ketika kamu menerima kesalahan dia,
Karena itu adalah bagian dari kepribadiannya.
Ketika kamu rela memberikan hatimu, kehidupanmu, bahkan kematianmu; ketika hatimu tercabik bila ia sedih; dan berbunga ketika ia bahagia;
Ketika kamu menangis untuk kepedihannya biarpun ia cukup tegar menghadapinya;
Ketiaka kamu tertarik kepada orang lain tatapi kamu masih setia bersamanya.
Cinta adalah pengorbanan; mencintai berarti memberi diri.
Cinta adalah kematian atas egoisme dan egosentrisme.
Kadang itu menyakitkan, tetapi itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Profil

Foto saya
Kuala Tungkal, Jambi, Indonesia
jangan banyak komentar dlu ya............ msih coba22222222

LIAT AJA

WELCOOOOOMMMMMMMMEEEEEEEEEEEEEE

teman-teman

Powered By Blogger