Sabtu, 28 Februari 2009
Minggu, 15 Februari 2009
Dikalau aku senang...... kau ada
Dikalau aku sedih ....... kau juga ada
Dikalau aku kesusahan....... kau bantu diriku
Dikalau aku bahagia ....... kau juga ikut aku dalam bahagia
Ibu tiada orang lain yang rela mati demi diriku selain dirimu
Ibu tiada orang yang dapat mengerti terhadap aku selain ibu
Ibu susah senang kau tetap hadapi demi diriku.......
Aku tak tau harus bagaimana agar dapat membalas semua jasamu
Tak ada seorang pun di dunia yang seperti dirimu
Hanya Tuhan yang bisa membalas semua itu
Maafkan aku ibu bila aku punya salah..... kepada mu
Aku Sayang Ibu..
Senin, 02 Februari 2009
Konon jatuh cinta-saking bahagianya-berjuta rasanya. Ah, sebenarnya belum tentu juga. Lha, kalau cinta itu bertepuk sebelah tangan, atau jatuhnya ditempat yang salah, jangankan berjuta rasanya; remuk redam barangkali iya. Mana enak sih cinta tidak berbalas cinta. Enakan tidak usah jatuh cinta sekalian.
Konon juga, cinta itu buta, love is blind. Ah, yang benar? Bagi orang yang sudah dibutakan oleh perasaanya, barangkali cinta itu memang buta. Tapi tanpa pikir panjang; asal suka sama dia, senang sama dia, ya tubruk saja. Tembak dulu, urusan lain belakangan. Tetapi bagi orang yang memakai akal sehatnya, tidak dibutakan oleh perasaanya; cinta tidak buta. Cinta itu melek. Sebab mencintai kan, berarti memilih. Yang namanya memilih harusnya disertai dengan perhitungan akal. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan perasaan.
Misalnya kamu seorang perempuan lalu kamu kenal seorang laki-laki begajulan, sikapnya kasar, suka mabuk-mabukan, pengangguran pula. Kamu jatuh cinta kepadanya. Nah, apa kamu mau saja mau dinikahinya? Kalau iya, itu tandanya kamu sudah dibutakan oleh perasaan cinta. Syukur-syukur setelah menikah ia bisa berubah. Lha kalau tidak, bukankah itu berarti kamu sedang membangun neraka untuk dirimu sendiri? Sungguh harga yang terlalu mahal.
Konon lagi, cinta itu selalu indah. Nikmatnya tiada tara. Seperti kata iklan, bikin hidup lebih hidup. Sampai-sampai pula katanya, karena cinta tahi kucing pun rasanya coklat. Ah, masak sih? Keindahan sebetulnya hanya salah satu dari dua sisi cinta. Sisi lainnya kesakitan. Mengapa? Karena mencintai seseungguhnya berarti kematian dari sebagian ego kita. Dan itu berarti memberi ruang pada sosok lain untuk sama-sama menjadi subjek dalam hidup kita.
Itulah beberapa “konon” tentang cinta. Cinta memang unik. Ada penafsiran yang sangat emosional, ada yang terlalu rasional. Ada yang ringan dan lucu, ada pula yang super filosofis. Hanya saja, apapun definisi orang tentang cinta, yang pasti dalam praktik, cinta-antara pria dan wanita tentunya-tidak boleh lepas dari keempat aspek berikut.
Pertama, kerelaan untuk berkorban. Mencintai pada dasarnya adalah memberi tanpa syarat. Pernyataan bahwa dengan memberi kemudian kita menerima, tentu tidak salah. Yang salah jika cinta itu dijadikan sebagai tujuan. Cinta dengan tujuan supaya menerima-bisa apa saja: perhatian, kebanggaan, kesenangan, fasilitas, atau kemudahan-adalah cinta yang bersyarat. Cinta yang egois. Cinta yang penuh tuntutan. Dan itu bukan cinta yang sejati. Kalau ada orang yang yang mengatakan mencintai Anda, tetapi ia menuntut ini dan itu dari Anda, jangan-jangan ia tidak mencintai anda, tetapi mencintai dirinya sendiri.
Kedua, kesetiaan (=komitmen). Kepercayaan adalah salah satu landasan utama cinta. Tidak mungkin kita mencintai seseorang tanpa mempercayainya. Kepercayaan itu tidak datang dengan sendirinya, ia harus ditumbuhkan dan dijaga. Caranya melalui kesetiaan. Dan kesetiaan ini biasanya dimulai dari hal-hal kecil. Kita tidak bisa mengharapkan seseorang akan tetap setia seumur hidup, kalau janjinya saja sering tidak ditepati, atau bohong melulu.
Ketiga, persahabatan atau keintiman untuk saling berbagi, saling berbicara, dan berjalan bersama, baik dalam suka maupun dalam duka. Dalam persahabatan tidak ada lagi “aku” atau “kamu”. Yang ada adalah “kita”. Bukan “ceritaku” atau “ceritamu”, tetapi “cerita kita”. Masing-masing tidak lagi memikirkan “apa kesukaanku”, tetapi “apa kesukaan kita”. Cinta tanpa persahabatan seumpama sungai di musim kemarau panjang; kering kerontang. Tidak ada kesejukan. Tidak ada keteduhan. Gersang.
Keempat, daya tarik fisik. Kerap orang beranggapan, bahwa soal fisik itu tidak penting. Ini keliru. Bagaimanapun daya tarik fisik; entah raut wajah, bentuk tubuh, atau hal-hal jasmaniah lainnya, adalah anugerah Tuhan. Karenanya itu penting. Dan hal itu bisa menjadi bumbu penyedap dalam relasi cinta antara pria dan wanita. Namun jangan mencintai seseorang secara fisik saja.
Keempat aspek di atas menjadi ukuran, seberapa besar cinta anda pada si doi, juga seberapa besar cinta doi kepada anda. Jadi, cinta bukan hanya soal rasa, tetapi juga akal sehat. Cinta bukan hanya soal menerima, tetapi juga memberi. Cinta bukan hanya tentang cerita indah, tetapi juga tentang sedih dan perih yang kadang kala tidak terhindarkan.
APAKAH ITU CINTA?
Bila telapak tanganmu berkeringat,
Hatimu dag dig dug,
Suaramu bagai tersangkut di tenggorokan,
Itu bukan cinta tetapi suka.
Bila tanganmu tidak dapat berhenti memegang dan menyentuhnya,
Itu bukan cinta melainkan berahi.
Bila kamu menginginkannya karena tahu ia akan selalu ada disampingmu,
Itu bukan cinta tetapi kesepian.
Bila kamu menerima pernyataan cintanya karena kamu tidak mau menyakiti hatinya,
Itu bukan cinta tetapi kasihan.
Bila kamu bersedia memberikan semua yang kamu sukai demi dia,
Itu bukan cinta tetapi kemurahan hati.
Bila kamu bangga dan ingin memamerkannya kepada semua orang,
Itu bukan cinta tetapi memujuran.
Bila kamu mengatakan padanya bahwa ia adalah satu-satunya hal yang kamu pikirkan,
Itu bukan cinta tetapi gombal.
Kamu mencintainya,
Ketika kamu menerima kesalahan dia,
Karena itu adalah bagian dari kepribadiannya.
Ketika kamu rela memberikan hatimu, kehidupanmu, bahkan kematianmu; ketika hatimu tercabik bila ia sedih; dan berbunga ketika ia bahagia;
Ketika kamu menangis untuk kepedihannya biarpun ia cukup tegar menghadapinya;
Ketiaka kamu tertarik kepada orang lain tatapi kamu masih setia bersamanya.
Cinta adalah pengorbanan; mencintai berarti memberi diri.
Cinta adalah kematian atas egoisme dan egosentrisme.
Kadang itu menyakitkan, tetapi itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah cinta.
Di lembah simenanjung Iberia berdiri megah dan kokoh Kastil Xavier. Kastil itu berada di Navarre, sekitar 40 km dari Pamplona, Spanyol Utara. Kastil Xavier berlokasi sangat strategis. Pada abad XIV, kakek Fransiskus Xaverius mengambil alih kepemilikan kastil itu. Di kastil ini, ibu Xaverius, Maria de Azpilcueta lahir dan dibesarkan. Dari keluarga dan di Kastil Xavier, Fransiskus Xaverius dilahirkan dan dibesarkan.
Nama Xavier diambil dari bahasa Basque yaitu Etxaberri, secara etimologis etxe (berarti rumah) dan berri (artinya baru). Xavier berarti "rumah baru". Nama Xavier dilafalkan Xa (=sha) vier, seperti dalam laval bahasa Basque. Perkembangannya, nama Xavier ditulis dan dilafalkan secara berbeda-beda di masing-masing bahasa negara. Dalam bahasa Spanyol, ditulis Xabier, Xavier, Jabier, dan Javier. Dalam bahasa Portugis, Perancis dan Inggris, ditulis Xavier. Dalam bahasa Jerman ditulis Xaver. Dalam bahasa Italia ditulis Saverio, dan dalam bahasa latin ditulis Xaverius.
Maria de Azpilcueta menikah dengan Dr. Juan de Jassu, yang menjabat sebagai ketua Dewan Kerajaan Navarre dan menteri keuangan. Kastil Xavier menjadi salah satu mahar (mas kawin) bagi pernikahan Juan de Jassu dan Maria de Azpilcueta.
Bersambung.........
Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong, jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.
Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Ornag Kayo Depati pulang ke Johor dan ia digantikan oleh Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai. Setelah Orang Kayo Syahbandar kemudian diganti lagi oleh Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk petai) dan Datuk Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung rengas sampai ke Hilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang.
Memasuki abad ke- 18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungka Ulu sekarang Kedatangannya disambut baik oleh orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
Setelah terbukanya kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai datang, sekitar tahun 1902 dari suku Banjar yang berimigrasi dari Pulau Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain : H.Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan Gelar Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah agak lebih besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan iparnya Haji Baharuddin, Rombongan 56 orang ini banyak menetap di Bram Itam Kanan dan Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa, Suku Donok atau Suku Laut yang banyak hidup dipantai/laut, dan Cina serta India yang datang untuk berdagang .
Pada tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintahan Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecahlah perperangan antara masyarakat Tungkal ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena mendapat serangan yang cukup berat akhirnya pemerintah Belanda mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Perperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.
Selanjutnya muncullah Pemerintahan kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang Kayo Usman Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.
Orang Kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang oleh rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka bernamalah pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya adalah : Ø Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis. Ø Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari dusun Timong dalam. Ø Dusun Ranatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air Talun. Ø Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari kampung Jelmu pulau Embacang. Ø Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau. Ø Dusun Merlung tadinya berasal dari suku Pulau Ringan yang dibagi lagi dalam beberapa suku yaitu : Pulau Ringan, Kebon Tengah, Langkat, Aur Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan Demong. Ø Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik. Ø Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan Tanjung Kemang. Ø Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai. Ø Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun Pecang Belango. Ø Dusun Badang tadinya berasal dari Badang Lepang di dalam. Ø Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung. Ø Dusun Pematang Pauh. Ø Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang. Ø Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk Petai. Kemudian disebut Taman Raja karena dulunya merupakan tempat pertemuan dan musyawarah raja Lubuk Petai dan raja Gagak. Ø Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam. Ø Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas. Ø Dusun Kampung Baru. Ø Dusun Tanjung Bojo. Ø Dusun Kebun. Ø Dusun Tebing Tinggi. Ø Dusun Teluk Ketapang. Ø Dusun Senyerang. Marga Tungkal Ulu : - Pesirah MT.Pahruddin (195 Zaman pemerintahan Orang Kayo H.Muhammad Dahlan berakhir sampai sekitar tahun 1949, kemudian barulah gelar Orang Kayo berubah menjadi Pesirah sekitar tahun 1951. Sebelum Kabupaten Dati II Tanjung Jabung terbentuk, berada dalam Kewedanaan Tungkal yang memimpin beberapa Pesirah. Adapun para Pesirah di tanah tungkal ini dahulunya adalah :1-1953) - Pesirah Daeng Ahmad anak dari H.Dahlan (1953-1959) - Pesirah Zikwan Tayeb (1959-1967) - 1969 masa transisi perubahan marga - Syafei Manturidi (1969-1973) - Adnan Makruf (1974-1982) Marga Tungkal Ilir : - Raden Syamsuddin (Pemaraf) - M.Jamin - Pesirah H.Berahim - Pesirah Ahmad - Pesirah Asmuni - Pesirah H.M.Taher Seiring bergulirnya perkembangan zaman berdasarkan keputusan Komite Nasional Indonsia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April 1946, maka pulau Sumatera di bagi menjadi 3 (tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Selatan, pada waktu itu Daerah Keresidenan Jambi terdiri dari Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung dalam Provinsi sumatera Tengah yang dikukuhkan dengan undang - undang darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang - undang Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal 6 januari 1958 Keresidenan Jambi menjadi Provinsi Tingkat I Jambi yang terdiri dari : Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten Kerinci. Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II Batanghari dengan Ibukota Kenaliasam, Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala Tungkal. Kabupaten Dati II Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah kabupaten pada tanggal 10 Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1965 (Lembaran Negara Nomor 50 Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir dan kecamatan Muara Sabak. Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya Era Desentralisasi daerah, dimana daerah di beri wewenang dan keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, maka kabupaten Tanjung Jabung sesuai dengan Undang-undang No.54 Tanggal 4 Oktober 1999 tentang pemekaran wilayah kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan diri menjadi dua wilayah yaitu :1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal2. Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sebagai Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Pangkalan Bulian. Sumber Lembaga Adat Tanjab Barat Update Tuesday, September 5, 2006
My Profil
- Yohanes Gunanta Bangun
- Kuala Tungkal, Jambi, Indonesia
- jangan banyak komentar dlu ya............ msih coba22222222